Mengapa Signalong Indonesia?
Signalong Indonesia (SI) merupakan sistem isyarat berbasis kata kunci yang diadaptasi dari Signalong United Kingdom (Inggris). Signalong Indonesia merupakan sebuah pendekatan komunikasi isyarat berbasis kata kunci (keyword signing system) yang diciptakan untuk mendukung pengembangan sekolah inklusi di Indonesia (Budiyanto,dkk 2017). Signalong adalah sistem isyarat yang membantu individu-individu dalam memperoleh keterampilan bahasa dan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi (Signalong Group 2012).
Sistem komunikasi signalong merupakan suatu model komunikasi isyarat bagi individu berkebutuhan khusus yang dikembangkan diInggris yang telah diimplementasikan dan terbukti memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh sebab model sistem komunikasi isyarat signalong diadopsi dan diaaptasikan dengan kondisi dan budaya komunikasi Indonesia agar dapat diimplementasikan dalam upaya meningkatkan mutu layanan pendidikan khususnya bagi individu berkebutuhan khusus pada semua jenjang pendidikan dari pendidikan tingkat dasar hingga universitas.
Secara internasional beberapa jenis bahasa isyarat telah digunakan untuk mendukung anak-anak dengan kesulitan belajar tingkat berat. Beberapa berasal dari bahasa komunitas tuli di masing-masing negara (Budiyanto,dkk 2017), misalnya Signalong dari Bahasa Isyarat Inggris (SignalongGroup 2012) dan Lamh dari Bahasa Isyarat Irlandia (Lámh 2008). Sebagian besar pendekatan ini menggunakan metode isyarat kata kunci, di mana kata-kata yang membawa informasi kunci diisyaratkan di samping tetap menggunakan bahasa lisan, daripada memiliki isyarat untuk setiap kata yang diucapkan (Vandereet et al.2011).
Tidak seperti bahasa komunitas tuli yaitu isyarat mengikuti urutan ucapan. Pendekatan kata kunci ini dicirikan oleh Makaton Vocabulary (The Makaton Charity 2012), yang merupakan bahasa dan sistem komunikasi paling populer untuk anak-anak dengan ketidakmampuan belajar di Inggris dan telah digunakan di lebih dari 40 negara di seluruh dunia. Jenis isyarat ini relatif lebih mudah dipelajari dan telah terbukti meningkatkan keterampilan komunikasi dan mendukung perkembangan bahasa anak-anak dengan kesulitan belajar yang berat, termasuk mereka yang tidak memiliki bahasa lisan (nonverbal) (Dunstdan Hamby 2011; Snell et al. 2010). Untuk beberapa anak, isyarat ini hanya sebagian kecil dari komunikasi mereka dalam situasi tertentu, bagi yang lain itu adalah satu-satunya cara untuk berkomunikasi melalui kata-kata yang diucapkan saja dan bagi yang lain itu menjadi sarana komunikasi utama mereka (Vandereet et al. 2011).
Pembelajaran di kelas reguler dalam setting inklusif memiliki tujuan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi untuk semua anak juga memiliki hasil positif untuk anak-anak yang mengalami hambatan komunikasi (Roulstone dan Lindsay 2012), dengan bahasa isyarat yang dapat dilihat oleh guru dan asisten pengajar sebagai alat yang dapat mendukung pembelajaran di kelas inklusif (Sheehy dan Duffy 2009).
Signalong Indonesia telah digunakan secara luas (Budiyanto, Kaye, dan Rofiah 2020) dan tumbuh melalui pengembangan berulang dalam menanggapi umpan balik dan penelitian guru. Perubahan-perubahan ini termasuk bergerak menuju penekanan pada pendekatan pembelajaran lesson study dan memasukkan Signalong Indonesia ke dalam program pelatihan dan penjangkauan guru di Universitas Negeri Surabaya (Rofiah, dkk 2021).
Referensi
Budiyanto, Kieron Sheehy, Helen Kaye & Khofidotur Rofiah (2018) Developing Signalong Indonesia: issues of happiness and pedagogy, training and stigmatisation, International Journal of Inclusive Education, 22:5, 543-559, DOI:10.1080/13603116.2017.1390000
Budiyanto, Kieron Sheehy, Helen Kaye, and Khofidotur Rofiah. 2020. “Indonesian Educators’ Knowledge and Beliefs About Teaching Children with Autism.” Athens Journal of Education 10: 1–23. doi:1-4.
Dunst, CarlJ, and Deborah W Hamby. 2011. “Influences of Sign and Oral Language Production of Young Children with Disabilities.” CELL Reviews 4 (4): 1–20.
Khofidotur Rofiah, Kieron Sheehy, Sri Widayati & Budiyanto (2021): Fun and the benefits of Sign Supported Big Books in mainstream Indonesian kindergartens, International Journal of Early Years Education, DOI:10.1080/09669760.2021.1956440
Lámh. 2008.“A Manual Sign System for People with Intellectual Disabilities and Communication Needs in Ireland.” http://www.lamh.org/.
Roulstone, Sue, and Geoff Lindsay. 2012. “The Perspectives of Children and Young People Who Have Speech, Language and Communication Needs, and Their Parents.”https://dfe.gov.uk/publications/eOrderingDownload/DFE-RR247-BCRP7.pdf.
Sheehy, Kieron, and Hester Duffy. 2009. “Attitudes to Makaton in the Ages on Integration and Inclusion.” International Journal of Special Education 24 (2):91–102. http://oro.open.ac.uk/19897/2/SheehyDuffy Makaton 112009No2.doc.
Signalong Group. 2012. “Signalong.” http://www.signalong.org.uk/index.htm.
The Makaton Charity. 2012. “Makaton.” http://www.makaton.org/.
Vandereet, Joke, Bea Maes, Dirk Lembrechts, and IngeZink. 2011. “Expressive Vocabulary Acquisition in Children with Intellectual Disability: Speech or Manual Signs?” Journal of Intellectual &Developmental Disability 36 (2) (June): 91–104.doi:10.1080/13668250.2011.572547. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21609296.